Jenis Gunung dan Grade Pendakian

Jenis Gunung dan Grade Pendakian

Jenis Gunung dan Grade Pendakian termasuk dalam Materi pengenalan Mountaineering. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikann dalam mengenali Jenis Gunung dan Grade Pendakian pada suatu tempat pendakian, yakni :

Garis Besar Gunung

Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Gunung berapi/aktif dan tidak aktif.

Berdasarkan bentuk di bagi menjadi:
  • Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) 
  • Gunung berapi strato
  • Gunung berapi maar
  • Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti,  yang tinggal hanya kawahnya saja. 
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian,
Pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya membutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club “Mountaineers”, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.

Berdasarkan penggunaan alat teknis yang dipakai ( Class)
  • Class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
  • Class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
  • Class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
  • Class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
  • Class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
  • Class 6 ; mendaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas paku tebing
Pendakian claass 4 masuk dalam katagori scrembling [Mendaki dengan cara mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan dengan medan yang miring sampai 45 derajat] dan class 5 – 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan free-climbing[Pemanjatan dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, alat hanya sebagai pengaman saja ] dan class 6 adalah artificial climbing[Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan dipegang ]. Apa bila dilakukan di gunung batu / cadas disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and ice climbing

Berdasarkan lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (Grade)
  • Grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa jam
  • Grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah hari
  • Grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh
  • Grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
  • Grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
  • Grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan
Berdasarkan tingkat keamanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan
  • Aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendaki
  • Aman, jikapun terjadi masalah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai kedasar] 
  • Penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan yang sangat teliti dan fall-faktor yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
  • Pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki
Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakia
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]

Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
  • 5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
  • 5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
  • 5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik
  • 5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.
  • 5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling tidak sama
  • 5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
  • 5.14 ; “mulus seperti kaca”, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur pendakian/pemanjatan. 
Berdasarkan Garis Kontur

Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik/tempat yang dimiliki ketinggian yang sama dalam suatu bidang acuan tertentu.
Sifat garis kontur :
  • Garis kontur tidak dapat saling berpotongan dengan garis yang lain,kecuali apabila garis kontur tsb berada pada bidang yang ekstrim seperti tebing yang curam.
  • Apabila permukaan topografi landai maka garis kontur akan merenggang,sebaliknya apabila permukaan topografi curam maka garis kontur akan merapat
  • Garis kontur tidak akan pernah saling bertemu/bercabang dengan garis kontur yang lainnya.
  • Pada Topografi yang berupa lembah garis kontur akan semakin meruncing ke arah hulu.
Karena mendaki gunung bukan hanya tentang persiapan fisik, mental perlengkapan tetapi sangat penting juga pengetahuan tentang medan atau gunung yang akan kita daki. maka dari itu tentunya sangat perlu kita ketahui Jenis Pendakian dan Grade Pendakian sebelum kita mendaki Gunung yang kita tuju.
Load comments